Terlepas dari kontroversi yang ada, banyak orang yang memilih melakukan masturbasi sebagai upaya untuk menyalurkan dorongan seksualnya daripada melakukan hubungan seks dengan orang lain, baik pekerja seks komersial (PSK) maupun pasangan. Masturbasi kebanyakan dilakukan oleh mereka yang belum menikah, walaupun ternyata tak jarang orang yang sudah menikah pun melakukan masturbasi. Dari kalangan yang belum menikah ini, tentu saja, sebagian besar adalah remaja.
Banyak alasan remaja untuk melakukan masturbasi. Alasan utamanya adalah karena mereka belum menikah sehingga tidak akan dibenarkan melakukan hubungan seks dengan orang lain. Selain itu masturbasi tidak membutuhkan proses yang panjang seperti bila hendak berhubungan seks, tidak ada membujuk, merayu (seperti bila hendak dilakukan dengan pacar) atau membayar (bila dilakukan dengan PSK). Masturbasi bisa dilakukan dengan cepat, dimana saja asal ada privasi, dan kapanpun kita menginginkannya.
Namun ternyata remaja sendiri banyak yang tidak merasa “sreg” dengan pilihan untuk melakukan masturbasi. Hal ini terutama tercermin dari banyaknya surat dan telepon yang masuk ke redaksi Curhat dan menanyakan tentang masturbasi, seperti: bahaya atau tidak bagi kesehatan, apakah dapat mengakibatkan kemandulan, dengkul kopong, apakah bisa merobek selaput dara dan masih banyak lagi. Belum lagi ditambah dengan takut ketahuan atau takut dosa. Tapi toh, ketika masturbasi ini sudah menjadi kebiasaan, sulit bagi remaja untuk menghentikannya. Sebetulnya, apa dan bagaimana sih, masturbasi itu dan mengapa begitu kontroversial?
Istilah masturbasi sendiri berasal dari kata masturbari yang dalam bahasa Latin artinya mencemari diri sendiri. Kadang-kadang kita juga menyebut istilah lain yang masih menunjuk pada perbuatan yang sama, yaitu onani. Istilah onani berasal dari nama tokoh Injil Perjanjian Lama yaitu Onan, putra Yehuda (Kitab Kejadian 38:8-10). Ketika Yehuda menyuruh Onan untuk menikah (dan berhubungan seks) dengan istri almarhum kakaknya, Onan patuh. Tetapi setiap kali ia melakukan hubungan seks, ia selalu membuang air maninya, karena tidak mau menghamili istri kakaknya itu. Hal ini menimbulkan amarah Tuhan. Karena itulah, dalam agama apapun, masturbasi selalu dihujat.
Apabila dilihat dari kacamata sekarang, mungkin yang dilakukan Onan merupakan tindakan pencegahan kehamilan dengan cara mencegah sperma memasuki rahim, yang merupakan upaya kontraseptif yang paling primitif. Terlepas dari apa alasan perbuatan Si Onan, namanya kemudian malah diabadikan untuk menyebut segala tindakan merangsang diri yang bertujuan mencapai orgasme tanpa melakukan hubungan seks dengan seorang pasangan. Walaupun tidak sama dengan apa yang dilakukannya ribuan tahun yang lalu, Onan sudah tidak mungkin memprotes pengabadian namanya ini.
Sekarang, bagaimana dilihat dari sisi medis? Ternyata, selama dilakukan dengan higienis, artinya dengan tangan yang bersih, masturbasi tidak berbahaya. Yang seringkali membuat celaka adalah bila masturbasi dilakukan dengan menggunakan alat. Misalnya, seperti kasus yang pernah terjadi, seorang cewek melakukan masturbasi menggunakan bola lampu yang digesekkan ke kemaluannya, dan kemudian ternyata bola lampu tersebut pecah di dalam dan melukai vaginanya.
Walaupun alat yang digunakan untuk masturbasi tidak bisa pecah, bukan berarti kita langsung terbebas dari risiko. Lecet, luka dan infeksi akibat iritasi tetap mengintai. Apalagi kalau alat tersebut tidak terjaga kebersihannya. Selain itu, tukar menukar sarana masturbasi dengan orang lain akan sama risikonya dengan bertukar-tukar pasangan dalam hubungan seksual.
Mitos yang mengatakan bahwa masturbasi berbahaya karena membuat dengkul menjadi kopong, ternyata tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Hanya saja, perlu diingat bahwa masturbasi, seperti juga hubungan seks, merupakan hal yang memakan tenaga. Sehingga, kalau kita melakukannya terlalu sering, akibatnya kita bisa merasa kecapaian dan lemas.
Ada lagi mitos yang mengatakan bahwa sering masturbasi dapat menimbulkan kemandulan. Sering masturbasi, yang berarti mengeluarkan air mani, memang dapat mempengaruhi kadar sperma dalam air mani, padahal jumlah sperma yang cukup sangat diperlukan untuk membuahi sel telur. Namun, tidak berarti remaja cowok yang sering melakukan masturbasi, kelak setelah menikah akan terganggu kesuburannya. Dengan catatan selama kebiasaan ini tidak berlanjut hingga menikah, ia akan baik-baik saja.
Namun, memang ada sisi buruk dari masturbasi, terutama bila dikaitkan dengan “ketrampilan” untuk berhubungan seks dengan pasangan wanitanya. Masturbasi bagi pria cenderung dilakukan dengan cepat karena ingin segera selesai (mungkin juga karena takut ketahuan). Hal ini bertolak belakang dengan hubungan seks, dimana pria harus memperhatikan keinginan dan kepuasan pasangannya. Sedangkan wanita yang sering melakukan masturbasi dikhawatirkan akan kesulitan menyesuaikan diri ketika berhubungan seks setelah ia menikah. Masturbasi bagi wanita cenderung dipusatkan pada perangsangan klitoris, padahal dalam berhubungan seks, vagina lebih berperan.
Sebagian besar remaja yang datang berkonsultasi ke Curhat mengeluhkan kesulitan mereka untuk berhenti melakukan masturbasi. Bagaimana cara mengendalikan dorongan seks dan mengalihkan perhatian dari keinginan melakukan masturbasi terus menerus? Kuncinya (selain dari saran yang sudah sering kita dengar yaitu banyak melakukan olah raga) adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang bisa merangsang kita.
Karena sensitivitas seseorang terhadap rangsangan seksual berbeda-beda, kita perlu mengenali diri kita sendiri. Ada orang yang harus nonton bokep (blue film atau film porno) dulu baru terangsang, ada yang melihat gambar cewek cantik saja sudah terangsang. Karena itu, kenali kemudian hindari hal-hal apa yang membuat kita terangsang: gambar erotis, melamun sendirian di kamar tidur, atau berlama-lama di kamar mandi.
Kalau dari pengalaman yang lalu ternyata sendirian di kamar bikin pikiran kita melayang, melamun sehingga kemudian tergoda untuk melakukan masturbasi, maka hindarilah melamun sendirian di kamar. Cari kesibukan: baca, nonton televisi atau ngobrol dengan anggota keluarga lain. Sedangkan buat yang sering masturbasi ketika sedang mandi, jangan berlama-lama di kamar mandi. Begitu selesai mandi, langsung keluar saja.
Nah temen-temen, walaupun masturbasi tidak berbahaya, kita harus ingat, jangan sampai kita yang dikendalikan oleh dorongan seks. Kitalah yang harus bisa mengendalikan dorongan seks. Selain itu, percaya deh, hubungan seks dengan pasangan yang kita cintai dan mencintai kita, dalam situasi pernikahan yang dilandasi komitmen yang kuat akan jauh lebih membahagiakan. Makanya, lebih baik menunggu kan?
(Guntoro Utamadi, PKBI Pusat dan Dzikry, CMM PKBI DKI )
Labels: PERILAKU SEXS